translate

Google Translate
Arabic Korean Japanese Chinese Simplified Russian Portuguese English French German Spain Italian Dutch

8 Jul 2012

Atasi Abrasi Butuh 100 M Untuk Pemecah Ombak di Pantai Kedungmutih – Berahan Wetan



Moh. Sholkhan dari Kantor KLH Demak dan Camat Wedung
Demak –
Bertempat di desa Kedungmutih kecamatan Wedung kabupaten Demak Selasa (3/7) , Kantor Lingkungan Hidup kabupaten Demak mengadakan Sosialisasi Penghijauan Pantai. Tujuan  diadakannya acara tersebut adalah memberikan pengertian kepada warga masyarakat pantai tentang perlunya menjaga kelestarian lingkungan pantai dengan membiasakan menanam pohon mangrove di tambak-tambak pinggir pantai atau sekitar pantai. Dengan ditanamnya pohon mangrove tersebut ekosistem pantai terjaga dan juga bisa mengurangi abrasi atau hempasan gelombang.
“ Kegiatan penanaman mangrove ini sudah tampak nyata di daerah Sayung , lahan-lahan yang ditanami mangrove bisa mengurangi abrasi pantai. Oleh karena itu pada tahun ini lahan tambak di Kedungmutih mendapatkan bantuan bibit mangrove sebanyak 12 ribu “ kata Moh. Sholkhan ,S Pi,MT Kasie Pemantauan Dan Pemulihan Kantor Lingkungan Hidup kabupaten Demak.
Dikatakan Moh. Sholkhan, kerusakan alam seperti abrasi pantai sebagian besar diakibatkan oleh ulah manusia yaitu dengan mengambil terumbu karang , mengambil pasir sampai dengan membabat habis pohon api-api maupun mangrove. Sehingga ketika ombak dan angin datang pesisir atau pantai tidak mempunyai tameng sama sekali . Akibatnya ombak yang datang dari tengah laut tanpa ada hambatan apa-apa sehingga kekuatanya sangat dahyat sekali yang mengakibatkan tambak yang berada ditepi pantai mengalami abrasi yang sangat cepat.
“ Kami lihat kondisi daerah Onggojoyo dan Seklenting pada tahun 90 penghijauan pantainya sangat bagus sehingga pantai terjaga dari abrasi . Namun saat ini kondisinya jauh berbeda semua tanaman habis dibabat sehingga saat ini pantai disana juga mulai terkena abrasi. Petani tambak baru menyadari saat ini akan pentingnya penghijauan pantai “, tambah Moh Sholkhan dihadapan 40 petani tambak yang menghadiri acara sosialisasi.
Berkaitan dengan tambak di daerah Kedungmutih dan Babalan yang terkena abrasi Kantor Lingkungan Hidup kabupaten Demak selalu peduli dan mengusulkan pada pemerintah . Diantaranya setiap tahun mengalokasikan dana untuk penghijauan pantai , selain itu juga membuat pemecah gelombang . Seperti di pantai kecamatan Sayung dana yang terserap untuk pembuatan beton pemecah gelombang mencapai Milyaran rupiah . Untuk tahun 2012 ini rencananya di pantai desa Babalan kecamatan Wedung juga diusulkan untuk dibuatkan pemecah gelombang.
“ Kalau dihitung secara garis lurus biaya yang digunakan untuk membuat pemecah gelombang dari Kedungmutih sampai Berahan Wetan kita hitung mencapai 100 Milyar . Ini baru tahap usulan ke pemerintah pusat mudah-mudahan bisa disetujui semuanya”, tambah Moh Sholkhan.
Camat Wedung Supriyadi, SH mengatakan cukup prihatin dengan kondisi abrasi tambak yang menimpa puluhan petani di desa Kedungmutih dan Babalan . Fihaknya akan membantu sepenuhnya langkah yang dijalankan oleh para petani tambak dengan mohon bantuan pada pemerintah pusat. Hal itu menyangkut hidup dan matinya penghasilan para petani tambak ,sehingga kapanpun siap membantu para petani .(Muin)

INFO DARI HARIAN SEMARANG Abrasi Bisa Dihambat dengan Sudetan Sungai Wulan


Demak – Abrasi di pesisir Demak sangat memprihatinkan. Dikhawatirkan, Desa Kedung Murih Kecamatan Wedung akan lenyap ditelan laut, seperti telah menimpa Dukuh Senik Desa Bedono Kecamatan Sayung
.
Saat ini sudah sekitar 200 hektar daratan yang hilang. Kemungkinan lima tahun ke depan Kedung Mutih akan hilang tertelan abrasi. Karena rob sudah kerap berkujung ke pemukiman warga. Saat warga membuka pintu belakang rumah, sudah bertemu laut.
“Saya prediksi lima tahun lagi Desa Kedung Mutih akan hilang ditelan abrasi. Saat ini daratan dari ujung pantai sudah hilang sejauh dua kilometer,” kata anggota DPRD Demak, Fatkan, kemarin.
Pernyataan anggota Fraksi Demokrat ini tidak asal-asalan. Dia yang berdomisili di Desa Kedung Mutih mengetahui betul kondisi desanya. Daratan yang hilang tertelan abrasi berupa pertambakan milik warga. Sederetan rumah milik warga, ikut hilang.
Kondisi rawan abrasi menuntut pemerintahan desa selalu waspada dan mengecek pantai. “Kami periksa kondisi abrasi. Bila ada tambak yang akan jebol, kami mengingatkan pemiliknya untuk segera melakukan antisipasi,” kata Kades Kedung Mutih, Hamdan saat menyusuri lahan abrasi bersama tim desa, mengendarai perahu.
Turut dalam pengecekan dua petani tambak Noor Fadlan dan Ulin Nasrullah, serta Fatkul Muin dari Pusat Infomasi Masyarakat Pesisir. Mereka menyusuri daratan yang sudah menjadi lautan. Mengecek dan mencatat kondisi riil bencana abrasi yang sudah masuk.
“Itu tambak saya, dulu seluas 6 hektar sekarang tinggal 1,5 hektar. Sekarang saya biarkan terbengkalai,” aku Noor Fadlan sambil menunjuk lokasi bekas tambaknya. Dia sudah setahun tidak bertambak, karena hasil tambak tahun lalu hancur tersapu ombak.
Kedung Mutih, merupakan desa minus yang terletak berbatasan dengan Bulakbaru Kabupaten Jepara. Mayoritas warga Kedung Mutih adalah nelayan dan petani garam. Keberadaan tambak sangat dominan dalam kehidupan mereka.
Menurut Fatkul Muin, pertambakan Kedung Mutih sampai desa tetangga, yaitu Desa Babalan Wedung termasuk wilayah Jepara. Dibutuhkan penanganan terpadu dua kota Demak dan Jepara untuk mengantisipasi abrasi.
Solusi yang tepat adalah melawan alam dengan alam. Yakni menyudet saluran sungai Wulan yang mencabang di dukuh Menco Desa Berahan Wetan Wedung menuju Desa Babalan hingga Desa Kedung Mutih.
Bila saluran anakan sungai Wulan lancar, maka air sungai akan membawa sendimen sampai ke Kedung Mutih yang akhirnya membentuk daratan (delta). Diharapkan, sedimen akan menekan abrasi yang mengancam desa.
“Bila hanya membangun APO (alat pemecah ombak) atau menanam mangrove, belum maksimal mengatasi abrasi atau hanya menunda Kedung Mutih hilang dari peta dunia,” jelas Farkul Muin.
Hamdan menambahkan, anakan sungai Wulan dulu dialirkan sampai ke desanya. Namun sejak 35 tahun lalu ditutup, karena perjanjian orang-orang terdahulu. Kemudian dialirkan ke arah selatan langsung ke laut yang akhirnya muncul daratan di wilayah Desa Berahan Wetan.
Karena Kedung Mutih sudah sangat parah, Hamdan meminta pemerintah bisa memfasilitasi penyudetan saluran anakan sungai Wulan. Karena hanya dengan cara itu Kedung Mutih dan Desa Babalan bisa terselamatkan. (swi/16)
Sumber : Harsem

Ratusan Hektare Tambak Tenggelam

DEMAK  - Ratusan hektare  tambak di Kecamatan Wedung musnah diterjang abrasi Laut Jawa beberapa tahun terakhir. Menurut Wakil Ketua Komisi C DPRD Demak, M Fathan, ombak menggilas tambak mencakup di wilayah Desa Kedungmutih, Babalan hingga Berahan Wetan.

Para pemilik tambak tak cuma me­ngeluh, sebagian mengalami stres, bahkan ada yang meninggal dunia karena merenungi nasib, mata pencaharian utama mereka hilang ditelan air laut saat terjadi rob tinggi.
”Kurang lebih 200 hektare tambak war­ga musnah. Bencana abrasi yang se­mula dirasakan masyarakat Ke­camat­an Sayung kini giliran dirasakan warga Wedung,” kata Fathan, ke­marin.

Dia mengungkapkan, penyebab abrasi dimungkinkan pembentukan delta atau tanah timbul di muara Sungai Wulan.
Delta menjadikan laju ombak mengarah ke timur menghantam tambak milik warga. Delta terbentuk dari lumpur, luasnya bertambah dari tahun ke tahun.

Menurut dia, untuk mengantisipasi lebih menumpuknya lumpur yang menjadikan abrasi meningkat, harus dilakukan penyudetan sungai sebelum muara.
Penyudetan akan mengurangi lumpur bawaan dari hulu. ”Hanya saja upaya ini butuh biaya besar namun menjadi solusi untuk penanganan abrasi,” katanya.

Politisi Partai Demokrat itu mengingatkan, tanpa penanganan tepat tiga desa yakni Berahan Wetan, Babalan, dan Kedungmutih nasibnya akan serupa dengan Desa Bedono, Kecamatan Sayung yang hilang dari peta wilayah Kabupaten Demak. Abrasi yang tak tertangani menjadikan Desa Bedono tenggelam beberapa tahun silam. Kini menyusul ancaman sama di tiga desa pesisir di Kecamatan Wedung.

Muncul Cekungan


Dari pantauan Suara Merdeka ketika menyusuri pantai Wedung menumpang perahu nelayan, menemukan garis pantai tidak lagi rata, melainkan muncul cekungan-cekungan. Cekungan itu dulunya adalah tambak milik warga yang kini tergenang air laut akibat abrasi. Sedikitnya terdapat sembilan cekungan di garis pantai dengan panjang tiga kilometer di wilayah Desa Berahan Wetan, Babalan hingga Kedungmutih.
Rusaknya lingkungan di pesisir Wedung juga diakui Kades Kedungmutih, H Hamdan. Abrasi menjadikan petani tambak mengalami stres berat. Dia mengemukakan, di desanya terdapat puluhan warga yang mengandalkan tambak sebagai mata pencaharian utama.

Tambak dijadikan lokasi untuk menebar benih bandeng, udang, dan ikan air payau lainnya.  Lantaran tambak pula, warga bisa menyekolahkan anak hingga perguruan tinggi. Namun kini terhantam abrasi, tambak petani hancur luluh. Garis pantai bahkan sudah maju hampir satu kilometer menggilas lahan-lahan milik warga.
”Ada yang langsung meninggal dunia saat mengetahui tambaknya bablas digenangi air laut. Sisanya ada yang sampai stres tak mau bicara apapun menghadapi kenyataan tambaknya hilang,” jelas Hamdan.
Dia mengungkapkan, mengelola tambak butuh modal besar. Tak cukup jutaan rupiah melainkan puluhan juta. Menyaksikan lahan untuk mencari nafkah porak poranda, tentunya memilukan bagi warga yang sudah mengeluarkan uang banyak.

Pemerintah Desa Kedungmutih berharap Pemkab Demak, Pemprov Jateng, dan Pemerintah Pusat mau mendengar dan mengatasi keluhan masyarakat. Menurut Hamdan, keterlibatan Pemprov dan Pusat penting karena perairan di wilayah Desa Kedungmutih sepenuhnya masuk wilayah perairan Kabupaten Jepara. Adanya sinergi penanganan antarwilayah diharapkan persoalan abrasi dapat segera teratasi.

Salah seorang pemilik tambak, Ulin Nasrullah (32), warga Kedungmutih mengakui kehilangan harapan untuk bisa mengelola tambak dengan baik. Abrasi selama bertahun-tahun menjadikan empat hektare lahan miliknya tinggal tersisa 1,5 hektare. Kondisi itu memengaruhi hasil panen ikan yang tak lagi seberapa dan terus menerus rugi. 
Terpisah, Kepala Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Demak, Mudiyanto mengakui akan menerjunkan tim untuk melihat tingkat abrasi yang ada di Wedung. Menurutnya tim akan bertugas mengumpulkan data-data penting sehubungan kemungkinan kerusakan yang terjadi. (H41-69)
(/)