translate

Google Translate
Arabic Korean Japanese Chinese Simplified Russian Portuguese English French German Spain Italian Dutch

17 Des 2011

Musim Hujan Tiba , Harga Garam kedung mutih Demak Beranjak Naik


Demak –DMC : Hujan yang mulai mengguyur pesisir Wedung Demak mengakhiri musim garam tahun ini , ladang garam yang dahulu nampak memutih dengan garam hasil panen kini menyisakan air saja. Namun demikian musim garam tahun ini  bagi sebagian petani garam dianggap sebagai penyembuh luka ketika tahun yang lalu tak ada garam sama sekali. Sehingga meski tahun lalu merugi puluhan juta rupiah setiap petani , namun kini sudah terobati dengan simpanan garam mereka di dalam gudang yang cukup banyak.
Dari pantauan saat ini garam petani yang masih tersimpan dalam gudang masih puluhan ribu ton , dikarenakan penjualan mereka tidak begitu banyak. Selain mereka berniat menyimpan untuk menunggu harga garam bagus , juga dikarenakan mereka menunggu komitmen pemerintah untuk menyejahterakan petani garam. Mereka menjual hanya sesaat saja ketika harga masih tinggi Rp 25 ribu -Rp 30 ribu perkeranjang 30 Kg , tatkala harga mulai turun yaitu Rp 10 ribu -Rp 15 ribu perkeranjang  mereka mulai memasukkan garam ke gudang masing-masing.
“ Tahun ini kami menjual garam hanya beberapa keranjang saja , setelah itu garam hasil panen kami masukkan terus dalam gudang . Kalau tidak salah simpanan kami ada 2000 keranjang nanti saya jual ketika harga sudah tinggi “ , ujar Abdul Kalim (55) petani garam dari desa Kedungmutih yang ditemui wartawan anda Sabtu (5/11/2011)
Busri ( 45 ) pengepul garam dari desa Kedungmutih kecamatan Wedung kabupaten Demak mengemukakan , datangnya musim penghujan tahun ini membuat harga garam beranjak naik. Akhir panen ini harga garam perkeranjangnya hanya Rp 10 ribu , namun beberapa hari ini ada kecenderungan mengalami kenaikan . Selain pasokan yang berkurang juga musim garam telah usai sehingga stok garam di pasaran sudah habis sehingga permintaan garam selalu naik. Dengan menipisnya stok para pengepul menjadikan harga di pasaran terus naik.
“Harga garam pada awal panen mencapai Rp 80 ribu -90 ribu perkwintalnya , pertengahan panen turun menjadi Rp 50 ribu -60 ribu  dan akhir panen Rp 25 ribu -35 ribu perkwintal . Nah ketika hujan mulai datang harga mulai beranjak naik ini sudah Rp 50 ribu perkwintal diatas truk . Tahun ini saya perkirakan petani garam di sini mengalami keuntungan yang lumayan karena semua gudang petani saat ini masih penuh garam “ , ujar Busri yang sudah lebih 15 tahun sebagai pengepul garam.
Menurut Busri , dengan harga garam saat ini yang mencapai Rp 50 ribu -Rp 60 ribu setiap kwintalnya para petani akan meningkat kesejahteraaan mereka , oleh karena itu suasana yang seperti ini harus dipertahankan terus. Meskipun ia pengepul namun ia peduli akan kesejahteraan petani garam , karena ia juga menggarap lahan garam. Dengan distop atau dikuranginya impor garam maka garam petani akan laku dipasaran , sehingga harga garam layak bagi mereka. Jika pemerintah mengimpor garam maka harus dilihat stok garam ditingkat petani masih ada atau tidak . Jika masih banyak garam petani maka garam imporpun harus dibatasi agar peredaran garam lokal habis dulu
“  Sebenarnya kami pengepul juga mengharapkan garam lokal laku dipasaran , oleh karena itu jika kebijakan impor garam ditinjau maka saya yakin petani akan sejahtera . Pemerintah mendatangkan garan impor jika benar-benar garam lokal habis , atau mengenakan biaya masuk yang tinggi sehingga harga garam impor lebih mahal jika dibandingkan garam lokal “ , tambahnya (FM)

0 komentar:

Posting Komentar